Potensi Pertumbuhan Industri Otomotif Nasional di Fase New Normal
Kementerian Perindustrian ( Kemenperin) meyakini industri dan bisnis otomotif nasional akan menunjukkan geliat yang cukup atraktif saat era kenormalan baru atau new normal di tengah pandemi virus corona (Covid-19) resmi diberlakukan. Menurut Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier, hal ini dikarenakan jumlah kelas menengah di Indonesia selaku elemen penting penggerak roda ekonomi nasional terus bertumbuh. "Berdasarkan laporan Bank Dunia, jumlah kelas menengah kita di 2018 menembus 30 persen dari populasi. Kemudian naik mendekati separuh populasi yang mencapai 115 juta penduduk di 2019. Jadi, perkembangan jumlah kelas menengah ini sangat baik," katanya kepada Kompas.com, Kamis (4/6/2020). Baca juga: Skenario Pemulihan Industri Otomotif, Butuh 2 Tahun untuk Normal Lihat Foto Penjualan mobil yang dilakukan di salah satu pusat perbelanjaan di Manila, Filipina.(Nikkei) "Sementara rasio kepemilikan kendaraan bermotor roda empat di Indonesia masih relatif rendah, yaitu sekitar 87 kendaraan per 1.000 penduduk. Maka, masih ada potensi yang besar sehingga diharapkan new normal dapat merangsangnya," jelas Taufiek. Meski demikian, Taufiek mengakui bahwa butuh waktu yang cukup panjang untuk industri otomotif kembali ke keadaan normalnya, atau penjualan mobil di atas 1 juta unit dan penjualan sepeda motor 6 juta unit per tahun. "Pandemi ini secara umum berdampak cukup signifikan terhadap industri otomotif nasional. Rencana penerapan kebijakan new normal di beberapa wilayah Indonesia diharapkan bisa mempercepat pemulihan ekonomi di tengah situasi ini sehingga produktivitas dan daya saing industri otomotif dapat pulih kembali," kata dia. Baca juga: 10 Merek Terlaris April 2020, Mencoba Bertahan di Tengah Pandemi Adapun waktu yang diperlukan untuk industri otomotif pulih, tergantung pada seberapa cepat pemulihan untuk pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Sebab, kecepatan pemulihan di sektor ini sejalan dengan pemulihan pada sektor rill (daya beli masyarakat). "Berdasarkan asumsi kami, sektor otomotif diharapkan dapat kembali normal antara satu sampai dua tahun," ujar Taufiek.
1960-1995
Kementerian Perindustrian Perdagangan mengeluarkan peraturan bersama tentang impor kendaraan bermotor, baik dalam keadaan utuh (
completely-built up, CBU) ataupun terurai (
completely-knocked down, CKD), serta tentang industri perakitan dan keagenan.
Pada saat itu mulai bermunculan industri perakitan serta industri-industri pendukung, seperti suku cadang, pengecetan, baterai (aki). Industri lokal sudah sanggup memproduksi jigs dan fixtures, serta melakukan proses pengecatan, las, trimming, dan metal finishing.
1996-2015
Pemerintah memutuskan mempercepat “Program Intensif” dan menggulirkan “Program Mobil Nasional”. Intinya, bahwa untuk mendapatkan potongan atau bahkan pembebasan bea impor, perusahaan otomotif mesti memiliki kandungan lokal 20% di tahun pertama produksi, 40% di tahun kedua, dan 60% di tahun ketiga.
Pembebasan pajak barang mewah untuk mobil dengan kandungan lokal sedikitnya 60% mendorong industri untuk melakukan investasi pabrik baru, seperti pabrik mesin dan casting, dengan hasil berupa produk setengah jadi.
“Program Mobil Nasional” juga mencakup produksi mobil merk Timor serta merk lain seperti Maleo, Perkasa, Kancil, dan Astra. Sempat berjalan tapi program ini berhenti sebentar kemudian. Pada masa itu terdapat 20 merk meramaikan pasar domestik.